Judul: Dramaturgi Rasa: 10 Lakon LeLakon 2020
Penulis: Nurul Inayah, Kolektif Kaleng Merah Jambu, Agnes Christina, Andy Sri Wahyudi, Gulang Satriya Pangarso, Wayan Sumahardika, Verry Handayani, dkk., Bambang Prihadi, Luna Vidya, Dyah Ayu Setyorini Penyunting: Muhammad Abe, Shinta Febriany, Brigitta Isabella, Riyadhus Salihin, Ibed S. Yuga
Kalabuku, Desember 2020
xxxviii + 339 hlm.; 14 x 20,5 cm
ISBN: 978-602-51654-9-8
softcover, isi bookpaper
Rp 90.000,-
Buku ini merupakan antologi 10 lakon hasil kurasi LeLakon 2020 terhadap 178 lakon karya 109 penulis dari 19 provinsi. Menariknya, kesepuluh lakon dalam buku ini tersimpul dalam sebuah kata kunci: rasa—baik dalam arti flavor, taste, feel, maupun sense. Dalam masing-masing lakon, rasa menemukan konteks maknanya secara spesifik maupun komprehensif, juga mencipta jejaring serta tenunan dengan berbagai tema, ide, dan kecenderungan dramaturgis. Kesepuluh lakon dalam buku ini adalah: Bis Malam (Kolektif Kaleng Merah Jambu), Cinta dalam Sepotong Tahu (Agnes Christina), Elliot (Dyah Ayu Setyorini), Jangkar Babu Sangkar Madu (Verry Handayani, dkk.), Lidah (Luna Vidya), Manufaktur Anatomi Kera (Gulang Satriya Pangarso), Mata Air Mata (Bambang Prihadi), Nuning Bacok (Andy Sri Wahyudi), Perempuan dan Panci Nasi (Nurul Inayah), dan Rarudan (Wayan Sumahardika). Tim kurator sekaligus penyunting buku ini terdiri dari Muhammad Abe, Shinta Febriany, Brigitta Isabella, Riyadhus Salihin, dan Ibed S. Yuga. LeLakon sendiri adalah sebuah platform kurasi lakon teater oleh Kalabuku dengan tujuan menjaring, mendokumentasikan, dan menyebarkan lakon-lakon karya para penulis dan/atau pelaku teater Indonesia.
Judul: Teater Kedua: Antologi Tubuh dan Kata
Kalabuku, April 2018
xxviii + 617 hlm.; 14 x 21 cm
ISBN: 978-602-19352-5-5
softcover, isi bookpaper
Rp 160.000,-
Buku ini sebuah tapal batas antara teater dengan yang “sebelum-teater” dan yang “sesudah-teater”. Ia seperti waktu yang diterima lebih sebagai pembacaan daripada sebagai hitungan. Setelah sebuah pertunjukan teater usai, apakah yang “sebelum-teater” itu bukan teater dan yang “sesudah-teater” itu juga bukan teater? Dalam tapal batas ini semacam kontinuitas baru tumbuh menjadi kesadaran, tidak terduga, sedikit terduga, kadang tak terjamah dalam membaca yang hadir dan yang baru saja kita alami.
Judul: Aku-Aktor: Konsep, Metode dan Proses Keaktoran di Yogyakarta
Kalabuku, Juni 2018
xii + 239 hlm.; 13 x 19 cm
ISBN: 978-602-19352-9-3
softcover, isi bookpaper
Rp 56.000,-
"Aku-Aktor: Konsep, Metode dan Proses Keaktoran di Yogyakarta" ini adalah semacam panggung bagi para aktor teater (di dan luar) Jogja untuk berbicara dan berbagi tentang konsep, metode serta proses keaktoran mereka melalui tulisan. Keberadaan kritik dan publikasi tentang teater di berbagai media, yang sangat jarang membahas sisi keaktoran, mesti diimbangi dengan publikasi catatan-catatan yang ditulis oleh para aktor sendiri. Adalah urgen bagi aktor untuk mengungkapkan, mendefinisikan sekaligus mengarsipkan konsep, metode serta proses keaktorannya dalam bentuk tulisan. Kerja penulisan semacam yang dilakukan para aktor dalam buku ini adalah sangat penting keberadaannya di tengah proses produksi pengetahuan dunia teater di Indonesia yang cenderung tersendat-sendat.
Buku ini memuat catatan-catatan keaktoran dari 26 aktor: Agnes Christina, Alex Suhendra, Ami Simatupang, Andika Ananda, Anton Fajri, Arif Wicaksono, BaBAM, Beni Sanjaya, B. Verry Handayani, B.M. Anggana, Dedy Ratmoyo, Elyandra Widharta, Fajar Eka Putra, Febrinawan Prestianto, Ficky Tri Sanjaya, Jamaluddin Latif, Jamiatut Tarwiyah, Joko Kamto, Rendra Bagus Pamungkas, Rizal Iwan, Siti Fauziah, Sulistyawati, Syahrini Andriyani, Tita Dian Wulansari, Tomomi Yokosuka dan Yudi Ahmad Tajudin.
Judul: Scum Sekam: Antologi Teks Dramatik
Kalabuku, April 2018
xii + 387 hlm.; 14 x 21 cm.
ISBN: 978-602-19352-8-6
softcover, isi bookpaper
Rp 106.000,-
Sebagai penulis teks dramatik (naskah teater), BenJon memiliki karakteristik yang unik. Ia terpukau pada kekerasan dan seksualitas, suka melanggar tabu dan kesantunan, serta banyak menyalahi kaidah bahasa konvensional. Ia menyebut teks-teksnya sebagai kisah antipoda, kisah bersuspensi, kisah yang membangun kontra-peta, serta narasi berganda. Buku ini memuat 10 teks dramatik yang ditulis BenJon tahun 2001-2017, yang tidak hanya menunjukkan panjangnya waktu penulisan, namun lebih sebagai wujud kewarna-warnian teks. Kesepuluh teks itu adalah "TUBUH MELAYOE", "EGG", "ARKEologi BeHa", "Shakespeare CARNIVORA", "SPHINX TRIPLE X", "BLACK JACK", "CANNIBALOGY", "interupsi jambal roti", "PERTJA", dan "TEKS MUTASI". Dalam buku ini BenJon juga banyak memaparkan konsep penulisan teks dramatiknya, termasuk konsep pemanggungannya, mengingat ia juga seorang sutradara andal.
Judul: Teks-Cacat di Luar Tubuh Aktor: Kumpulan Naskah Teater
xxii + 355 hlm.; 14 x 21 cm
ISBN: 978-602-19352-4-8
Kalabuku, 2017
softcover; isi bookpaper
Rp. 101.000,-
Buku ini memuat 16 naskah teater karya Afrizal Malna semenjak masa Teater Sae hingga 2012, termasuk empat naskah saduran. Bagi Anda yang terbiasa dengan bentuk konvensional teks lakon teater atau naskah drama, yang dicirikan dengan adanya hauptext dan nebentext, sebaiknya enyahkan dulu cekokan bentuk itu dari kepala, atau mencoba mengekstrasinya menjadi murni teks. Ya, teks yang hanya berbicara tentang dirinya sendiri, untuk siapa saja yang berkenan membacanya; bukan teks yang berbicara untuk/via panggung, bukan teks yang casing-nya sudah dirancang pas dengan bentuk panggung. Jika Anda masih mempertahankan cekokan bentuk konvensional itu ketika membaca teks-teks dalam buku ini, maka bersiaplah untuk terlempar-mental ke mana-mana, atau malah Anda yang melemparkan buku ini.
Judul: Kintir: Sekumpulan Lakon Teater
xii + 157 hlm.; 13 x 19 cm.
ISBN: 978-602-19352-0-0
Kalabuku, 2011
softcover; isi bookpaper
Rp. 41.000,-
Lakon-lakon teater dalam buku ini terdiri dari dua lakon monolog atau monoplay dan tiga lakon full play. Sebagian besar lakon ditulis untuk kebutuhan pementasan ketika Ibed Surgana Yuga menjadi sutradara pada Seni Teku, Yogyakarta. Salah satu dari lakon-lakon itu adalah Rare Angon yang telah dipentaskan dalam berbagai versi di beberapa kota di Indonesia. Versi terakhirnya dinobatkan sebagai pemenang 5 terbaik dalam Sayembara Penulisan Naskah Drama Nasional I Federasi Teater Indonesia 2008.
Kintir (Anak-anak Mengalir di Sungai) juga mengalami perjalanan yang cukup panjang, terutama dari segi pertunjukannya. Ia telah dipertunjukkan dalam empat kali produksi Seni Teku di Yogyakarta, Solo, Indramayu, Bandung, Jakarta dan Surabaya, 2009-2010. Satu-satunya lakon bergaya realis dalam buku ini adalah Keok. Lakon ini dibacakan dalam Indonesia Dramatic Reading Festival (IDRF) 2010 di Yogyakarta, dan Bandung pada 2011. Lakon ini juga jadi pemenang 5 terbaik dalam Sayembara Penulisan Naskah Drama Nasional I Federasi Teater Indonesia 2011.