Catatan Penerbit

Forbearance/Utang Emosi

Keempat lakon dalam buku ini bukan hanya hadir sebagai ungkapan dari kegelisahan penulisnya, melainkan—yang lebih penting—juga sebagai sebuah manifesto penulis mengenai posisi dan perannya dalam peta sosial dan teater Indonesia kini. Keduanya dilakukan oleh penulis dengan berangkat dari biografinya sendiri, terutama sebagai perempuan dan keturunan Tionghoa. Hal-hal yang dicatat Melani Budianta dan Jony Eko Yulianto dalam pengantar dan penutup buku ini dengan lebih detail menguraikan bagaimana ungkapan kegelisahan dan manifesto itu dirajut oleh penulis melalui berbagai modus.

Namun demikian, tentu saja keempat lakon bukan hanya ingin dicatat melalui biografi penulisnya sebagai perempuan dan keturunan Tionghoa. Mereka juga dihadirkan Kalabuku dengan keinginan dapat dibaca sebagai “teks tanpa label”, teks yang bisa dibaca dari kemurniannya sebagai teks—jika hal ini bisa dilakukan di tengah centang perenang intertekstualitas pada masa kini.

Apa pun itu, dengan atau tanpa label, semoga kehadiran buku ini menemui posisinya dalam peta teater Indonesia melalui penerimaan para pembaca dan panggung teater itu sendiri. ◆

Kalabuku