Budi Ros

Budi Ros lahir di Desa Karangjambe, Kecamatan Wanadadi, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, 6 Januari 1959. Namanya di KTP adalah Budi Yuwono. Sulung dari enam bersaudara ini menamatkan SD hingga SLTA di daerah kelahirannya. Pada 1989, ia sempat menjadi mahasiswa khusus Jurusan Teater IKJ, dan hanya bertahan selama satu semester.

Budi Ros berperan dalam Gemintang, Teater Koma, 2018 | Foto: Dok. Teater Koma/Logo Situmorang

“Racun kesenian” diserapnya sejak kanak-kanak. Sastro Mihardjo, sang ayah, sering mengajaknya menonton wayang kulit semalaman sehingga paginya ia sering bolos sekolah. Wayang orang dan ketoprak pun seolah jadi tontonan wajib baginya. Pasalnya, sang ayah sering “nimbrung main” setiap ada ketoprak atau wayang orang keliling berpentas di kampungnya.

Mulai 1985 hingga sekarang (2022), Budi Ros bergabung dengan Teater Koma, Jakarta, mendalami tiga bidang pilihan: penulisan, seni peran, dan penyutradaraan. Selama sembilan tahun, ia nyantrik dan tinggal di sanggar Teater Koma di bilangan Setiabudi (1986­­­­­­–1994). Pada 10 Juli 1994, ia menikah dengan Erna N. Nursilowati, wanita asal Semarang. Sejak itu, ia tinggal di Depok, dan dikaruniai seorang putri, Sekar Dewantari (lahir 1996).

Pada Februari 2004, naskah dramanya berjudul Festival Topeng mendapat penghargaan dalam Sayembara Penulisan Naskah Drama, Dewan Kesenian Jakarta, kemudian diterbitkan bersama naskah pemenang lain oleh Grasindo, 2005. Juni 2004, giliran karya drama remajanya, Aku versus Ayahku, mendapat penghargaan dalam Lomba Penulisan Naskah Teater Remaja, Taman Budaya Jawa Timur. Lakon ini diterbitkan oleh Dewan Kesenian Surabaya, bersama pemenang lain, 2004. Pada Agustus tahun yang sama, lakon monolog Lugu Kayu Bakar mendapat penghargaan dalam Sayembara Penulisan Naskah Monolog Anti-Budaya Korupsi yang diselenggarakan para pekerja teater Yogyakarta. Bersama pemenang lainnya, lakon ini diterbitkan oleh Sinergi, Yogyakarta, 2004. Karya lakonnya yang lain, Minyak Wangi Orang Mati, mendapat penghargaan dalam Sayembara Penulisan Lakon Realis yang diselenggarakan oleh Komunitas Salihara, Jakarta, September 2010. Lakon ini belum pernah diterbitkan.

Pada Mei 2006, Budi Ros menyutradarai Festival Topeng yang dipanggungkan oleh Teater Koma selama 10 hari di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki. Selain tetap berteater, sejak 2010 ia juga mendalang Wayang Tavip, suatu jenis wayang baru, tidak terikat pada pakem, penuh warna, dan menghibur. Awalnya, dalang hanya sebuah peran dalam lakon teater, tapi ia jadi keterusan karena ada yang menanggap. Pada 2018, ia menggelar pentas keliling Wayang Tavip di sejumlah tempat dengan lakon Beringin Setan. Lakon ini kemudian dipentaskan secara daring dengan judul Kampung Beringin pada 2019.

Budi Ros bisa dihubungi melalui surel budirostk@gmail.com.


BUKU:
Lugu Kayu Bakar