Sang Pemimpin dan Masa Depan Ada dalam Telur


Eugène Ionesco, sebagai salah satu eksponen Teater Absurd Prancis, sering diidentifikasi sebagai pengikut filsafat eksistensialisme, terutama lewat Sartre dan Camus. Padahal, Ionesco menolak Sartre; walaupun ia menghormati Camus setinggi-tingginya. Ionesco juga menolak beberapa kajian kritikus terhadap lakon-lakon karyanya. Sang Pemimpin dan Masa Depan Ada dalam Telur ini memuat dua lakon pendek karya Ionesco: Sang Pemimpin dan Masa Depan Ada dalam Telur atau Dibutuhkan Segala Hal untuk Membuat Sebuah Dunia. Dalam Sang Pemimpin kita bisa membaca absurditas para pemuja pemimpin yang pada dasarnya adalah pemimpin yang dibayangkan. Sedang Masa Depan Ada dalam Telur mencoba meletakkan makna bangsa dalam sebuah keluarga, di mana produksi harus terus dijalankan untuk menjaga peradaban industri, yang notabene mengabaikan makna keluarga (baca: bangsa) dan manusia itu sendiri. Diterbitkan menjelang pemilu, diharapkan bukan hanya lakon Sang Pemimpin yang akan memberi impresi artikulatif yang lebih dalam, namun semoga juga Masa Depan Ada dalam Telur bisa menyumbangkan resonansi wacana yang cukup luas tentang masa depan peradaban sebuah bangsa dan negara. Buku ini dipungkasi dengan wawancara Richard Schechner dengan Ionesco. Schechner, sang akademisi Performance Studies terkemuka itu, mencoba mengonfirmasi berbagai kajian terhadap lakon-lakon Ionesco, termasuk tentang hubungannya dengan filsafat eksistensialisme, Marxisme, hingga perkembangbiakan benda-benda. Buku ini secara resmi diluncurkan Kalabuku pada 28 Maret 2019, guna memperingati 25 tahun kematian Ionesco (28 Maret 1994). 

Sang Pemimpin dan Masa Depan Ada dalam Telur: Dua Lakon Pendek 
Penulis: Eugène Ionesco 
Penerjemah: Ibed Surgana Yuga 
Kalabuku, Maret 2019 
viii + 98 hlm.; 11 x 17 cm 
ISBN: 978-602-51654-3-6 
Rp55.000



0 comments