Mengintip Chekhov di Dapur Stanislavski

Wacana Editor “Tiga Saudari”

Pada 31 Januari 1901, di usianya yang belum genap tiga tahun, Moscow Art Theatre (Moskovskiy Hudojestvenny Akademicheskiy Teatr) menggelar pentas perdana lakon empat babak Tiga Saudari (Three Sisters / Три сестры). Saat Babak I selesai, tepuk tangan penonton bergemuruh begitu lamanya hingga mencapai dua belas kali curtain call. Barangkali ketika itu ada sunggingan senyum puas di bibir Konstantin Stanislavski, yang menyutradarai pertunjukan itu bersama koleganya, Vladimir Nemirovich-Danchenko. Stanislavski, yang beberapa kali mengalami keputusasaan saat proses penggarapan lakon ini, mungkin ingin segera memberitahukan tanggapan luar biasa dari penonton itu kepada Anton Chekhov, si penulis lakon, yang tidak hadir saat pentas perdana itu. Namun Stanislavski mesti menurunkan sunggingan senyum itu saat babak terakhir usai, ketika penonton hanya bertepuk tangan dengan setengah hati. 

Konon tanggapan terhadap pertunjukan itu beragam. Ada yang mencemooh bahwa pertunjukan Tiga Saudari tak seberhasil garapan Moscow Art Theatre (MAT) terhadap dua lakon karya Chekhov sebelumnya: The Seagull (pentas perdana pada 17 Desember 1898) dan Uncle Vanya (26 Oktober 1899). Namun di sisi lain ia ternyata diminati penonton, dengan segera menjadi populer, dan pertunjukannya sendiri mencapai 169 kali. Chekhov sendiri menilai kedua sutradara mengarahkan lakon pada keriangan, sehingga mengaburkan berbagai kepelikan lakon. Sedang Stanislavski dan Nemirovich-Danchenko berkilah bahwa penyutradaraan mereka lebih menitikberatkan pada penyajian mimpi, cita-cita dan harapan dari tokoh-tokohnya. Dari sini terlihat jelas adanya tegangan antara penulis lakon dengan sutradara. 

Sebagai teater profesional, MAT membeli atau memesan lakon-lakon yang hendak digarapnya. Tiga Saudari menjadi lakon ketiga karya Chekhov yang digarap oleh MAT. Sebagaimana yang ditulis Stanislavski dalam Epilog buku ini—yang diambil dari otobiografi kesenimanannya, My Life in Art—agaknya MAT ingin mengulang kesuksesan dua lakon Chekhov sebelumnya. The Seagull sering disebut-sebut sebagai yang tersukses; bukan hanya popularitasnya, namun juga pencapaian artistiknya. The Seagull menurut beberapa kritik diklaim sebagai capaian genial gaya naturalistik garapan Stanislavski, bahkan dengan bombastis dipuji sebagai salah satu peristiwa terbesar dalam sejarah teater Rusia, dan salah satu perkembangan baru terhebat dalam sejarah teater dunia ketika itu. Keberhasilan ini dinilai dari keakuratan merepresentasikan kehidupan sehari-hari hingga ke detail-detail yang halus, dengan permainan yang sangat intim. Secara sosial, pertunjukan ini juga dinilai menggemakan kondisi psikologis kaum terpelajar Rusia ketika itu.

Chekhov menulis Tiga Saudari saat musim panas 1900 di rumahnya di Yalta, lalu menulisnya kembali di Moskow pada musim gugur, dan rampung pada bulan Oktober. Chekhov tinggal di Yalta pada 1898-1902 bersama ibu dan saudarinya. Yalta adalah kota pesisir yang terletak Crimea, sebuah republik otonomi yang kini sebagian di bawah kekuasaan dari Rusia dan sebagian lagi Ukraina. Di rumahnya di Yalta ini pula Chekhov kerap menerima kunjungan dari Leo Tolstoy dan Maxim Gorky. Kepindahan Chekhov ke Yalta dilakukan setelah kematian ayahnya. Perhatikan bahwa kepindahan ke kota lain dan kematian ayah adalah juga kata kunci penting dalam Tiga Saudari. Walaupun kepindahan ke Yalta berbeda dengan kepindahan keluarga Prozorov dari Moskow, dan hubungan emosional dengan ayah dalam kasus Chekhov dan keluarga Prozorov juga tak sama, namun bukan hal yang mustahil bahwa ada relasi ide di antara peristiwa-peristiwa itu. 

Ada pula catatan bahwa ide penulisan Tiga Saudari muncul sekitar lima belas tahun sebelum Chekhov pindah ke Yalta. Pada 1883 Chekhov menghabiskan liburan di Vosmressensk, di mana saudara laki-lakinya bertugas mengajar tiga anak perempuan Kolonel B.I. Maevsky. Amatan Chekhov terhadap ketiga bersaudari itu disinyalir sebagai ide awal dari Tiga Saudari. Lima tahun kemudian, Chekhov menyewa tanah keluarga Lintvarev di Sungai Pysol, dekat Sumy. Lokasi ini dianggap mirip dengan latar lakon Tiga Saudari. Di sana pula ia terpesona pada tiga saudari Lintvarev yang menurutnya intelektual, menawan, dan berjiwa besar. Pengalaman ini dikatakan semakin mengembangkan ide-ide yang nantinya tertulis dalam Tiga Saudari.

Chekhov di rumahnya di Yalta, di mana ia menulis Tiga Saudari. | Foto: wikimedia.org

Ada kisah cinta di balik proses penulisan Tiga Saudari. Masa penulisan lakon ini adalah masa pacaran Chekhov dengan Olga Knipper, seorang aktris MAT. Olga kemudian dinikahi Chekhov pada 25 Mei 1901, hanya berjarak sekitar empat bulan setelah pentas perdana Tiga Saudari. Sepertinya Olga sering menemani Chekhov saat masa penulisan lakon ini di Yalta; selain alasan asmara, barangkali juga karena kondisi kesehatan Chekhov yang mulai memburuk. Hal ini terbukti dari kecurigaan Stanislavski di awal catatannya, tentang Olga yang mengetahui banyak hal tentang Yalta: kesehatan Chekhov, cuaca di Crimea, perkembangan penulisan lakon, dan rencana kedatangan Chekhov ke Moskow. Berbagai catatan kemudian menyebutkan bahwa Chekhov khusus menulis karakter Masha untuk diperankan oleh Olga. 

Pilihan Chekhov disetujui oleh Stanislavski, barangkali sebagai bentuk dukungan atas hubungan cinta mereka berdua. Walaupun dalam proses Olga sempat mengalami kesulitan mendalami karakter Masha, beberapa resensi pertunjukan perdana Tiga Saudari justru memuji permainan Olga Knipper. Selain menyutradarai, Stanislavski juga berperan sebagai Vershinin, sedang istrinya—Mariia Lilina—memerankan Natasha. Aktris MAT lainnya, Margarita Savitskaya memerankan Olga, serta Mariia Andreyeva sebagai Irina. Vsevolod Meyerhold, aktor MAT yang kemudian dikenal lewat sistem biomekaniknya, memerankan Tusenbach. Sedangkan Chebutykin dimainkan oleh Alexandr Artem, seorang aktor senior MAT, aktor favorit Chekhov. Sepanjang musim pementasannya, Tiga Saudari mengalami perubahan formasi pemain. Hingga pada pertunjukan ke-150, hanya Olga Knipper dan Petr Vishnevski (pemeran Kuligin) yang masih memainkan peran yang sama. Sisanya, ada pergantian dan pertukaran peran. 

Chekhov yang menulis karakter Masha khusus untuk Knipper menjadi salah satu bentuk campur tangannya ke ranah pertunjukan. Di lakon lain yang ditulis untuk MAT, The Cherry Orchard, ia juga merancang karakter Firs khusus untuk dimainkan aktor favoritnya, Artem. Dalam Tiga Saudari, campur tangan Chekhov bahkan terkesan cerewet dan tak percaya kepada sutradara, sampai-sampai—sebagaimana ditulis Stanislavski—ia mesti “mengutus seorang kolonel untuk memastikan tidak ada yang salah dengan tata cara kehidupan militer, cara bersikap, detail seragam dan lain sebagainya.” Lebih jauh lagi, ketika mendengar berbagai kritik muncul tentang pertunjukan di musim pertama, Chekhov kembali ke Moskow dan mengikuti secara intens latihan untuk pertunjukan musim selanjutnya, dan banyak ikut campur tangan dalam penggarapan Babak III. Ketika pertunjukan musim selanjutnya digelar, setelah pertunjukan ia tepuk tangan hingga dua kali curtain call, dan berkomentar bahwa untuk pertama kali dalam hidupnya ia merasa puas dengan garapan salah satu lakon karyanya. 

Beberapa karakter dalam Tiga Saudari produksi MAT.  Berurutan dari atas, kiri ke kanan: Ferapont (diperankan Vladimir Gribunin), Andrey (Vasili Luzhski), Solyony (Leonid Leonidov), Tchebutykin (Aleksandr Artem), Tusenbach (Vasili Kachalov), Kuligin (Aleksandr Vishnevski), Irina (Vera Baranovskaia), Roddey (Ivan Moskvin), Natasha (Mariia Lilina) dan Anfisa (Mariia Samarova). 

Bagi Stanislavski sendiri, Chekhov adalah penulis yang enggan menjelas-jelaskan apa yang telah ditulisnya dalam lakon. Jawaban Chekhov hampir selalu, “Semua sudah ditulis di sana.” Banyak sekali tulisan yang mencatat tentang keengganan Chekhov ini. Namun keengganan Chekhov adalah titik awal pencarian bagi Stanislavski. Karena sang penulis tak mau berbicara di luar apa yang telah ditulisnya, maka sang sutradaralah yang mencari apa yang ada di sebaliknya. Penggarapan lakon-lakon Chekhov adalah masa-masa pencarian Stanislavski pada pendekatan inner action yang kemudian berkembang ke arah psychological realism. Selain itu, secara khusus, penggarapan Tiga Saudari oleh MAT disebut-sebut sebagai titik awal eksplorasi Stanislavski terhadap salah satu metodenya yang kini dikenal sebagai Method of Physical Action

Bukan tanpa alasan penerbitan Tiga Saudari oleh Kalabuku ini menyertakan tulisan Stanislavski sebagai epilog. Adalah menarik (kalau tak ingin menyebut penting) untuk melihat kembali bagaimana proses penulisan Tiga Saudari, serta bagaimana untuk pertama kalinya ia digodok oleh Stanislavski dan MAT. Jika kita ingin menilik dapur penciptaan dan penggarapan sebuah lakon, untuk memahami bahan dan bumbu apa saja yang digunakan untuk memasaknya, dan dari mana bahan dan bumbu itu berasal, jejak-jejaknya yang tersisa mesti ditengok kembali. Adalah sah membunuh seorang penulis setelah karyanya dilepas ke publik; tapi “membangkitkan mayatnya dari kubur” juga bukan sebuah tabu. Memosisikan kembali Tiga Saudari sebagai sebuah lakon “pesanan” MAT menjadi sebuah cara memahami dan mengintip jeroan lakon ini. 

Selamat membaca—dan wacana dari editor ini tak mesti mempengaruhi pembacaan! 

Ibed Surgana Yuga


Referensi 
“Anton Chekhov”. en.wikipedia.org/wiki/Anton_Chekhov. Diakses 30 Juni 2017.
Gottlieb, Vera (ed.). 2005. Anton Chekhov at the Moscow Art Theatre: Illustrations of the Original Productions. London: Routledge. 
“Konstantin Stanislavski”. en.wikipedia.org/wiki/Konstantin_Stanislavski. Diakses 30 Juni 2017.
“Moscow Art Theatre”. en.wikipedia.org/wiki/Moscow_Art_Theatre. Diakses 30 Juni 2017.
Mulrine, Stephen. 2014. “Introduction”, dalam Anton Chekhov, Three Sisters. London: Nick Hern Books Limited.  
Stanislavski, Constantin. 1956. My Life in Art, penerj. J.J. Robbins. New York: Meridian Books. 
Tchekov, Anton. 1929. The Plays of Anton Tchekov, penerj. Constance Garnett. New York: Modern Library.