LeLakon 2022

KURASI & PENYUNTINGAN LAKON INDONESIA



LeLakon adalah platform kurasi dan penyuntingan lakon teater oleh Kalabuku, bertujuan menjaring, mendokumentasikan, menerbitkan, dan mendistribusikan lakon-lakon karya para penulis dan/atau pelaku teater Indonesia. Lakon-lakon dijaring melalui panggilan terbuka, dikurasi dan disunting oleh tim kurator/penyunting, lalu diterbitkan dan didistribusikan dalam bentuk buku antologi lakon. Dirancang sebagai platform dwitahunan di bawah payung Kalabuku, LeLakon menjalankan misi berkesinambungan dalam menjaga keberlanjutan penerbitan dan distribusi buku-buku antologi lakon yang dihasilkan. LeLakon 2022 diselenggarakan Kalabuku bekerja sama dengan Kalanari Theatre Movement, Komunitas Sakatoya, Mahima Institute Indonesia, Jalan Teater, dan Indonesia Dramatic Reading Festival.

\ Wacana
lakon
(laku + an) n sesuatu (teks) yang/untuk
    dilakukan, diaksikan, diperistiwakan, diwujudkan,
    oleh makhluk hidup dan/atau dengan benda mati

Sejauh apa pun pertunjukannya meninggalkan kata, panggung teater masih membutuhkan teks. Langkah kaki adalah teks, tubuh diam adalah teks, gelap adalah teks, ruang kosong adalah teks, bahkan tubuh-yang-menolak-teks adalah teks. Semasih manusia panggung membutuhkan ide untuk laku panggung, semasih laku panggung memerlukan ingatan, semasih peristiwa digerakkan oleh manusia dan lingkungannya, maka kebutuhan akan teks adalah alamiah. Teks yang tertulis maupun tak tertulis (terekam dalam ingatan tubuh) tetaplah teks. Naskah lakon (teks tertulis) adalah salah satu ciptaan dan dokumen yang membuktikan bahwa teater bukan hanya budaya pertunjukan, melainkan juga budaya penulisan.

Teater sebagai budaya pertunjukan dan budaya penulisan tentu saja terjalin dalam relasi saling bangun, saling rangkul, saling tawar, atau—bahkan—saling tabrak. Dramaturgi, sebagai salah satu titik temu keduanya, adalah medan bagi berbagai modus relasi itu. Pergumulan dalam medan tersebut kemudian memunculkan berbagai kecenderungan dramaturgis dalam pertunjukan maupun penulisan. Perkembangan penulisan lakon pun tidak lagi hanya berkutat pada dramaturgi kisah dan dramaturgi puitik, tetapi melebar ke kecenderungan-kecenderungan dramaturgis lain, seperti dramaturgi tubuh, dramaturgi visual, dramaturgi media, dramaturgi lingkungan, dramaturgi arsip, dramaturgi dokumenter, dramaturgi digital, dramaturgi virtual, dramaturgi (teater) terapan, dramaturgi interdisipliner, dan lain-lain. Keakuratan istilah-istilah tersebut tentu saja masih bisa diperdebatkan, baik sisi konsepsi maupun aplikasinya, tetapi—setidaknya—bisa menjadi pemantik wacana untuk merangsang keberagaman penulisan lakon.

LeLakon sebagai platform kurasi dan penyuntingan lakon, yang bermuara pada penerbitan dan distribusi lakon, merupakan ikhtiar untuk mengopeni dan meneguhkan teater sebagai budaya penulisan. LeLakon bukan platform lomba atau sayembara yang memilih lakon dengan “kriteria absolut” serta menilai dan memeringkat lakon-lakon secara hierakis. LeLakon justru menjalankan kriteria ideologis-subjektif yang melekat pada kurator/penyunting secara pribadi serta intelektual-dialogis secara tim; proses kurasinya bisa berjalan secara induktif. LeLakon membuka pintu selebar-lebarnya bagi keberagaman lakon, baik dalam hal bentuk, gaya, tema, eksperimen, dan sebagainya, sehingga dapat memperluas jangkauan jelajah ruang ungkap. Kualitas lakon adalah suatu kriteria terbuka yang bisa diperdebatkan terus-menerus secara konseptual dan dialektis. Dalam sistem kurasi LeLakon, kualitas lakon bukan satu-satu pertimbangan untuk menentukan pilihan lakon. Berbagai pertimbangan dan kepentingan lain—seperti isu, gender, wilayah, sejarah, dan pemberdayaan—juga digulirkan sebagai bentuk dorongan dan dukungan terhadap pertumbuhan penulisan lakon teater di Indonesia beserta ekosistemnya.

Bersama dengan platform-platform produksi (workshop, lokakarya, laboratorium) dan pemilihan (lomba, sayembara, penghargaan) lakon lainnya di Indonesia—yang pada masa pandemi ini bertumbuhan lumayan subur—LeLakon bermaksud menjadi salah satu ruang-tumbuh dan ruang-sebar bagi karya-karya lakon Indonesia. Urgensi yang sering luput dari beberapa platform produksi dan pemilihan lakon di Indonesia adalah penerbitan dan penyebaran lakon. Perjalanan lakon-lakon sering mandek di titik “selesai ditulis” atau “mendapat juara”. Beruntung kemudian berbagai media seperti blog, website, atau mesin fotokopi membantu pelipatgandaan dan penyebarannya secara sporadis. LeLakon mencoba mencegah kemandekan tersebut dengan memuarakan lakon-lakon pada penerbitan dan distribusi ke para pembaca dan/atau pegiat teater. Namun demikian, hingga kini LeLakon masih digerakkan secara swadaya dan sukarela sehingga belum bisa memenuhi hak ekonomi penulis (melalui hadiah atau penghargaan), tetapi tetap menghormati dan menjunjung tinggi hak intelektualnya.

LeLakon diluncurkan pertama kali pada 2020 dan menerima 178 naskah lakon yang ditulis oleh 109 penulis (individual maupun kolektif) dari 19 provinsi. LeLakon 2020 memilih 10 lakon yang kemudian dibukukan dalam Dramaturgi Rasa: 10 Lakon LeLakon 2020. Setelah penerbitannya, beberapa pegiat teater (individual maupun kolektif) tergerak untuk mementaskan lakon-lakon dalam buku ini. Distribusinya pun bukan hanya di Indonesia, melainkan hingga ke Malaysia dan Singapura. Benny Yohanes dan mendiang Gunawan Maryanto mengulasnya dalam Indonesia Dramatic Reading Festival 2020. Beberapa kampus menggunakannya sebagai materi kajian lakon/drama. Festival Teater Kampus Jakarta 2022 menetapkan lakon-lakon dalam buku ini sebagai lakon wajib untuk dipentaskan oleh kelompok-kelompok peserta festival. Beberapa capaian dan kontribusi tersebut tentu saja merupakan salah satu tujuan LeLakon, dan harapannya akan terus meluas seiring dengan penerbitan yang terus dijaga keberlanjutannya.

\ Ketentuan Lakon dan Penulis
  1. LeLakon menerima karya tulis yang diciptakan dengan tujuan menjadi lakon untuk pertunjukan teater.
  2. LeLakon terbuka pada keberagaman tema, bentuk, gaya; tidak ada batasan jumlah halaman atau durasi pertunjukan lakon; bisa berupa lakon untuk dimainkan satu orang.
  3. Lakon ditulis dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa utama (dominan). Bahasa selain Indonesia (disertai dengan catatan terjemahan bahasa Indonesia), juga bahasa rupa huruf, simbol, gambar, dan sebagainya (sebatas yang bisa dituangkan di atas kertas) bisa digunakan sebagai bahasa sekunder (tidak dominan).
  4. Lakon bukan terjemahan, saduran, adaptasi, atau alih wahana dari karya orang lain, kecuali diatasnamakan dan dengan persetujuan kedua (atau lebih) penulis (lihat poin 6).
  5. Lakon yang sudah pernah dipentaskan, diterbitkan (kecuali oleh Kalabuku), diikutkan atau memenangkan lomba, selama hak ciptanya dipegang oleh penulis, tetap dapat diikutsertakan.
  6. Lakon bisa ditulis secara kolektif.
  7. Penulis bisa mengirimkan lebih dari satu lakon.
  8. Penulis adalah warga negara Indonesia.
  9. Penulis yang lakonnya terpilih pada LeLakon 2020 (yang dibukukan dalam Dramaturgi Rasa), baik penulis individual maupun kolektif, tidak diperkenankan ikut serta dalam LeLakon 2022 (baru diperkenankan pada LeLakon 2024).
  10. Semua naskah lakon yang diterima LeLakon akan disimpan sebagai arsip LeLakon dan bisa digunakan untuk kepentingan pembelajaran, penelitian, kajian, dan berbagai bentuk presentasi ke publik. Jika ada kepentingan yang berhubungan dengan presentasi lakon ke publik (misal: pembacaan, pementasan, publikasi), LeLakon wajib membuat kesepakatan dengan penulis.

\ Kurasi, Penyuntingan, dan Penerbitan
  1. Semua lakon yang diterima LeLakon akan dikurasi oleh tim kurator/penyunting. Lakon yang lolos kurasi akan disunting untuk diterbitkan oleh Kalabuku dalam bentuk buku antologi lakon.
  2. Kriteria kurasi melekat pada kurator/penyunting sebagai pribadi maupun tim; bersifat ideologis-subjektif secara pribadi, bersifat intelektual-dialogis secara tim.
  3. Tidak ada hadiah bagi penulis yang lakonnya terpilih; setiap satu lakon yang terpilih, penulisnya akan mendapat 3 (tiga) eksemplar buku, dan berhak atas pembagian margin penjualan buku. Besaran pembagian margin penjualan buku untuk penulis adalah 35% dari jumlah margin penjualan setiap eksemplar buku, dibagi jumlah naskah lakon yang ada dalam buku.
  4. Tim kurator/penyunting terdiri dari B.M. Anggana (produser, sutradara, penulis lakon, direktur Komunitas Sakatoya, Yogyakarta), Dewi Kharisma Michellia (penulis, editor, penerjemah, redaktur tengara.id, Jakarta), Sahlan Mujtaba (sutradara, akademisi, direktur Jalan Teater, Bandung), Kadek Sonia Piscayanti (penulis, akademisi, direktur Mahima Institute Indonesia, Singaraja), Ibed S. Yuga (sutradara, penulis lakon, editor Kalabuku, Yogyakarta).
  5. Lakon-lakon terpilih diumumkan pada 30 November 2022.

\ Pendaftaran dan Pengiriman Lakon
  1. Unduh formulir pendaftaran.
  2. Formulir yang telah terisi digabung dengan naskah lakon menjadi satu file format PDF, lalu kirimkan ke kalabuku@yahoo.com, dengan subjek email LeLakon 2022_(judul lakon).
  3. Bagi penulis yang mengikutsertakan lebih dari satu lakon, setiap lakon (beserta formulir) harus dikirim dalam email terpisah.
  4. Setiap lakon yang dikirim akan dibalas dengan email konfirmasi penerimaan atau pengembalian (karena kekurangan syarat administratif).
  5. Pengiriman lakon paling lambat 23 Oktober 2022, pukul 22.00 WIB.
  6. Info lengkap bisa juga dilihat dan diunduh via kalabuku.org.
  7. Pertanyaan bisa diajukan via WhatsApp 0822-1400-2019.