Catatan Penerbit “The Art of Dramatic Writing”

Dalam sekian dekade perjalanan sejarah teater (modern) Indonesia, sepertinya tiada satu pun buku berbahasa Indonesia yang membahas cara penulisan lakon secara komprehensif, baik karya asli maupun terjemahan. Memang ada segelintir tulisan lepas, makalah, bahan kuliah, esai dan artikel yang tersebar dalam buku, prosiding atau jurnal, namun pasti lingkup bahasannya sempit, dan ruang edarnya terbatas pula.

Walaupun bukan sebagai pendorong utama, alasan klise di atas toh turut pula mendorong penerjemahan dan penerbitan The Art of Dramatic Writing dalam bahasa Indonesia. Dorongan utama penerbitan ini tentu saja adalah keinginan Kalabuku untuk memproduksi dan mentransmisi pengetahuan teater di Indonesia. Keinginan ini bisa jadi tanpa strategi keberpihakan kepada aliran, mazhab atau gaya tertentu. Ketika dunia penulisan lakon atau teks teater di dunia telah jauh melampaui yang dramatik-konvensional, buku ini justru hadir dari ruang dramatik-konvensional itu, sehingga ia dianggap telah menjadi klasik. Namun, justru karena itulah, buku ini masih sering dirujuk, terus dicetak ulang dan diterjemahkan ke banyak bahasa dunia.

Mengapa yang klasik masih penting? Mengapa kita masih memerlukan suara-suara dari ruang yang dramatik-konvensional? Salah satu jawaban tentu saja: ruang yang dramatik-konvensional itu, yang muncul dari masa lalu teater Barat, masih mengalir hingga kini, di samping arus-arus estetika teater lainnya. Lagi, para kreator yang menolak konvensi tertentu pastinya adalah mereka yang sangat paham dengan konvensi itu. Para penentang mazhab Aristotelian tentu adalah para pembaca Aristoteles yang mumpuni. Sebagaimana yang disadari Egri sendiri dalam prakata buku ini, bahwa tesis yang diajukannya akan memunculkan antitesisnya, sehingga sebuah sintesis akan tercipta. Semuanya adalah bagian dari “jalan menuju kebenaran” seni.

Kepada Anasatia Sundarela yang telah dengan tekun menerjemahkan buku ini, kami sampaikan terima kasih. Kepada para pembaca: buku ini tidak mesti dibaca dengan keinginan untuk menjadi seorang penulis lakon. Sebagaimana kata Egri, “Anda bisa tetap menonjol dengan menguasai subjek yang telah Anda pelajari dengan baik. Anda akan menjadi lebih kaya dalam pengalaman….” Lagi, buku ini bukan jaminan untuk menjadikan Anda sebagai seorang penulis lakon teater (yang bagus). “Anda tetap bisa menikmati hidup dengan baik, meski tidak akan pernah bisa menjadi seorang genius.” •

Kalabuku