8 Lakon Terpilih LeLakon 2022



Setelah
dibuka sejak 26 September hingga 23 Oktober 2022, LeLakon 2022 menerima 64 naskah lakon (5 di antaranya berupa lakon monolog) karya 44 penulis (10 penulis di antaranya terbagi dalam 2 kolektif). Lakon-lakon tersebut memiliki riwayat yang cukup panjang; ditulis pada rentang 2009–2022, sebanyak 23 lakon sudah pernah dipentaskan, dan 15 lakon pernah meraih penghargaan. Para penulis setidaknya berasal dari 25 kota yang tersebar di 13 provinsi di Indonesia. Usia mereka merentang dari 17 hingga 51 tahun. Dari 44 penulis, hanya terdapat 15 penulis perempuan, baik yang menulis secara individual maupun tergabung dalam kolektif.

Mayoritas penulis masih terpusat di Pulau Jawa. DKI Jakarta menjadi provinsi pengirim lakon dengan jumlah terbanyak, yaitu 9 lakon, karya 8 penulis (4 di antara tergabung dalam 1 kolektif); sedangkan Jawa Tengah, 7 lakon, 7 penulis; DI Yogyakarta, 6 lakon, 10 penulis (6 di antara tergabung dalam 1 kolektif); Jawa Timur, 5 lakon, 2 penulis; Jawa Barat, 4 lakon, 4 penulis; Kalimantan Timur, 4 lakon, 3 penulis; Bali, 3 lakon, 3 penulis; Riau, 2 lakon, 2 penulis; Banten, 2 lakon, 2 penulis; Sumatra Selatan, 1 lakon, 1 penulis; Sulawesi Selatan, 1 lakon, 1 penulis; Nusa Tenggara Timur, 1 lakon, 1 penulis; dan Nusa Tenggara Barat, 1 lakon, 1 penulis.

Ada dua tahap kurasi yang dilakukan tim kurator/penyunting sehingga menghasilkan delapan lakon yang dibukukan di sini. Dalam kurasi tahap pertama, kurator/penyunting bekerja secara personal untuk memilih lakon- lakon sesuai kriteria personal masing-masing kurator/penyunting, melibatkan ideologi dan kecenderungan selera personal, serta—tentu saja—subjektivitas. Lakon pilihan masing-masing kurator/penyunting selanjutnya diakumulasi dan dipertimbangkan—dalam kurasi tahap kedua—untuk dipilih sebagai lakon-lakon yang dibukukan. Akumulasi kurasi tahap pertama menghasil 13 lakon (diurut berdasarkan abjad judul lakon):
1. Almamater Merah, Sultan Mahadi Syarif
2. Batman di Atas Meja Makan, Ultraman Gendut, dan Propaganda Kelinci, Jody Dewatama
3. Dari Dalam Tubuh, Udiarti
4. Empelan, Banjir, Jong Santiasa Putra
5. Karma, Eko Bowo Saputro
6. Lantai Rimba Peradaban, Dadang Ari Murtono
7. LimPUNG temPURUNG, Ridwan Kamaludin
8. Muspra, I.B. Uttarayana Rake Sandjaja
9. Nirwana Pratima, Fajar Laksana
10. Panen Anak, Manik Sukadana
11. Peristiwa Makan Malam, Indri Dwi Lestari
12. Primadona, Achmad Mushlih Navis
13. Tabuhan, Wulan Dewi Saraswati

Lakon-lakon tersebut memiliki jumlah pemilih yang beragam. Ada tiga lakon yang dipilih oleh semua (lima) kurator/penyunting; dua lakon dipilih oleh empat kurator/penyunting; satu lakon dipilih oleh tiga kurator/penyunting; dua lakon dipilih oleh dua kurator/penyunting; dan sisanya, lima lakon masing-masing dipilih oleh satu kurator/penyunting. Awalnya, Kalabuku mensyaratkan jumlah maksimal tujuh lakon yang dibukukan. Dalam proses kurasi tahap kedua, yang bersifat intelektual-dialogis, para kurator/penyunting awalnya sepakat dengan jumlah lima lakon untuk dibukukan. Namun, perkembangan dialog mengarahkan untuk menambah tiga lakon lagi, dengan alasan membuka ruang tumbuh bagi lakon-lakon dan penulis-penulis potensial, serta perimbangan gender dan wilayah domisili penulis. Dengan pertimbangan tersebutlah kurasi tahap kedua ditutup dengan keputusan memilih delapan lakon untuk dibukukan; dengan memberikan catatan khusus pada tiga lakon yang memerlukan pengembangan dari berbagai aspek oleh penulisnya, sebelum ketiganya memasuki proses penyuntingan untuk diterbitkan.

Diurut berdasarkan abjad judul lakon, erikut delapan lakon terpilih untuk dibukukan:
1. Batman di Atas Meja Makan, Ultraman Gendut, dan Propaganda Kelinci, Jody Dewatama
2. Dari Dalam Tubuh, Udiarti
3. Empelan, Banjir, Jong Santiasa Putra
4. Muspra, I.B. Uttarayana Rake Sandjaja
5. Nirwana Pratima, Fajar Laksana
6. Panen Anak, Manik Sukadana
7. Peristiwa Makan Malam, Indri Dwi Lestari
8. Tabuhan, Wulan Dewi Saraswati

LeLakon sejak awal juga memiliki intensi untuk menjadi salah satu lembaga pengarsip dan pendokumentasi lakon-lakon Indonesia. Karena itulah, semua lakon yang diterima LeLakon (baik yang terpilih untuk dibukukan maupun yang tidak) memiliki posisi yang sama dalam keikutsertaan pada LeLakon sebagai sebuah gerakan yang mencoba untuk menyadari, menumbuhkan, dan memublikasikan eksistensi dunia lakon teater di Indonesia. Semua lakon disimpan sebagai arsip dan dokumentasi LeLakon, serta digunakan untuk kepentingan pembelajaran, penelitian, kajian, pembacaan, dan—tidak menutup kemungkinan—berbagai bentuk presentasi ke publik. Tentu saja, jika ada kepentingan yang berhubungan dengan presentasi lakon ke hadapan publik (pembacaan, pementasan, publikasi, dan sebagainya), LeLakon wajib meminta izin kepada penulis.